Amiruddin
Idris 1*)
1Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
*Email: amir.idris57@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan karet
rakyat di Kabupaten Bireuen. Penelitian dilakukan di Desa Bukit Mulia Kecamatan
Juli Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Metode penentuan sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan wilayah ini
mermpunyai luas lahan, produktivitas perkebunan karet rakyat tertinggi
dibandingkan wilayah lain di Kabupaten Bireuen. Untuk menganalisis
identifikasi masalah digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menggunakan
matriks SWOT yang disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk
menghasilkan strategi. Strategi pengembangan perkebunan karet rakyat di
Kabupaten Bireuen dilakukan dengan analisis SWOT. Hasil penelitian ini
menunjukkan perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Bireuen memungkinkan untuk terus dikembangkan dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki dan peluang yang ada. Strategi agresif lebih fokus kepada strategi S-O
(Strengths-Opportunities).
Kata Kunci: Karet, SWOT, strategi, faktor internal, factor eksternal.
PENDAHULUAN
Karet
alam merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki peran cukup
penting dalam perekonomian nasional. Sampai saat ini, permintaan terhadap hasil
karet masih tinggi dikarenakan semakin meluasnya penggunaan karet sehingga
permintaan terhadap bahan baku pun meningkat. International Rubber Study
Group (IRSG) memperkirakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035
adalah sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton
diantaranya adalah karet alam.
Luas
lahan perkebunan karet di Kabupaten Bireuen menempati urutan ketiga terluas
setelah kakao dan kelapa sawit, yaitu 3.363 ha, yang terdiri dari perkebunan
rakyat seluas 3.213 ha dan perkebunan besar 150 ha (BKPM, 2015). Walaupun luas
perkebunan rakyat mencapai 95% dari total luas perkebunan karet, namun
perkebunan karet rakyat tidak dikelola seperti halnya perkebunan milik
perusahaan maupun PTPN. Setelah ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja
tanpa terlalu memperhatikan perawatannya. Hal tersebut menyebabkan
produktivitas perkebunan karet rakyat sangat rendah. Produktivitas yang rendah
juga diikuti dengan rendahnya mutu dan harga jual karet olahan yang dihasilkan.
Dari data produksi BKPM (2015), produksi karet rakyat hanya sebesar 1.058 ton,
atau 0.33 ton/ha, jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi karet pada
perkebunan besar di daerah ini yang mencapai 2.16 ton/ha, di lampung 0.612
ton/ha (Gadabinausaha, 2010).
Meskipun pengelolaan Karet belum
optimal, selama ini hasil produksi Karet telah meningkatkan
taraf kehidupan ekonomi
masyarakat Petani. Jumlah Petani yang telah meningkat perekonomiannya sebanyak
2.625 petani (Medan Bisnis, 2015). Bila rata-rata satu KK terdiri dari 4 orang,
maka jumlah anggota masyarakat yang mengalami kehidupan lebih baik melalui
usahatani Karet adalah sebanyak 10.500 orang. Apabila pengelolaan tanaman Karet
ini dapat ditingkatkan baik kuantitas dan kualitasnya, akan semakin banyak lagi
anggota masyarakat yang dapat ditingkatkan kehidupan ekonominya serta peranan
sektor pertanian dalam pembangunan daerah akan semakin nyata.
Secara umum, faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya sumbangan komoditi Karet dalam pembangunan sector
pertanian antara lain kurangnya perhatian Pemerintah Daerah terhadap perkebunan
karet yang dikelola oleh rakyat. Hal ini mengakibatkan kemampuan petani dalam
pengelolaan kebun Karet terbatas, sehingga produksi Karet belum optimal karena
dilakukan secara sederhana. Keterbatasan modal dan terbatasnya akses Petani
terhadap permodalan juga mengakibatkan Petani tidak mampu menyediakan dan
menggunakan teknologi pertanian. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan petani
Karet, menyebabkan praktek usahatani Karet dilakukan tidak maksimal sehingga
produktivitasnya rendah. Ketersediaan teknologi pertanian yang terbatas juga
menyebabkan pengelolaan kebun Karet yang menyebabkan rendahnya kuantitas dan
kualitas hasil produksi. Demikian juga rendahnya akses pasar menyebabkan
rendahnya harga yang diterima oleh petani akibat panjangnya rantai pasar yang
harus dilalui dalam pemasaran Karet.
Jika kondisi tersebut terus
dibiarkan terjadi, maka sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia
sebesar 4 juta ton pada tahun 2025 yang ditetapkan pemerintah akan sulit
dicapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya pengembangan
perkebunan karet rakyat untuk meningkatkan pendapatan petani karet rakyat dan
membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah dan
nasional.
Untuk itu, tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis strategi pengembangan karet rakyat di Kabupaten
Bireuen. Diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai bahan informasi kepada
petani karet rakyat dan sebagai bahan pertimbangan kepada para pengambil
kebijakan.
METODE
PENELITIAN
Pendekatan kajian adalah
penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang menjelaskan tentang
fenomena dan upaya-upaya pengembangan komoditi karet, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.
Penelitian
dilakukan di Desa Bukit Mulia Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.
Metode penentuan sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan wilayah ini mermpunyai
luas lahan, produktivitas perkebunan karet rakyat tertinggi dibandingkan
wilayah lain di Kabupaten Bireuen. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil wawancara langsung peneliti dan responden sebagai sumber informasi dengan
berpedoman pada kuisoner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekuder
adalah data pelengkap yang diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan Pusat
Statistika, Dinas Perkebunan, jurnal, literatur, dan media internet yang sesuai
dengan penelitian.
Metode
Analisis Data
Untuk menganalisis identifikasi
masalah digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menggunakan matriks SWOT
yang disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk menghasilkan strategi.
Strategi pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bireuen dilakukan
dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
lingkungan strategis sehingga dapat dihasilkan strategi untuk meningkatkan
pengembangan dan pendapatan petani karet rakyat di daerah penelitian.
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap factor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup factor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS) (Wibowo, 2013).
Internal/External |
Oppurtunity |
Treaths |
Strength |
Comparative advantage |
Mobilization |
Weakness |
Divestment/Investment |
Damage Control |
Keterangan :
o
Sel
A: Comparative Advantages. Sel ini merupakan pertemuan dua elemen
kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi
untuk bisa berkembang lebih cepat.
o
Sel
B: Mobilization. Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan
kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan
kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
o
Sel
C: Divestment/Investment. Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan
organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan
pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak
dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.
Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk
dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu
(investasi).
o
Sel
D: Damage Control.Sel ini merupakan kondisi yang paling lemahdari semua
sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari
luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi
organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan
kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis
SWOT
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diketahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) terhadap kondisi perkebunan karet rakyat di
daerah penelitian. Faktor-faktor internal meliputi jenis bibit karet, jumlah
modal yang dimiliki petani, keadaan iklim dan lahan, ketersediaan tenaga kerja,
pengalaman bertani petani, jarak tanam tanaman karet, manajemen tajuk tanaman
karet, pengendalian gulma pada kebun karet, pemupukan tanaman karet, pencegahan
dan pengendalian penyakit tanaman karet, penyadapan tanaman karet, dan kelompok
tani. Faktor-faktor eksternal meliputi permintaan getah karet, harga getah
karet, penyakit tanaman karet, ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit, peran
pemerintah daerah dalam membantu petani karet, dan getah karet milik pesaing
(perusahaan besar).
Penyusunan matriks evaluasi strategi pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen dilakukan dengan cara menghitung perkalian antara bobot dan skor pada faktor internal maupun pada faktor eksternal. Tujuan penyusunan matriks evaluasi faktor strategis adalah untuk memperoleh nilai skor terbobot. Perkalian antara bobot dengan skor pada faktor internal dan faktor eksternal dalam pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Gabungan Matriks
Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen
Faktor-faktor strategis |
Bobot |
Skor |
Bobot x Skor |
Faktor strategis internal |
|||
Kekuatan |
|||
1.
Iklim dan Kesuburan
Tanah |
0.3 |
3.53 |
1.06 |
2.
Kualitas getah bagus |
0.27 |
4 |
1.08 |
3.
Pengalaman bertani |
0.2 |
3.94 |
0.79 |
4.
Lokasi strategis |
0.2 |
3.92 |
0.78 |
5.
Pemasaran yang stabil |
0.2 |
3.6 |
0.72 |
6.
Pengelolaan tanaman |
0.13 |
3.55 |
0.46 |
Total Bobot x Skor Kekuatan |
4.89 |
||
Kelemahan |
|||
1.
Sarana transportasi |
0.2 |
1.68 |
0.34 |
2.
Belum adanya kelompok
tani |
0.2 |
1.89 |
0.38 |
3.
Modal petani |
0.2 |
1.94 |
0.39 |
4.
Penyadapan tanaman
karet |
0.2 |
1.57 |
0.31 |
5.
Tenaga kerja |
0.2 |
1.45 |
0.29 |
6.
Bibit karet |
0.2 |
1.94 |
0.39 |
Total Bobot x Skor Kelemahan |
2.09 |
||
Selisih (Kekuatan-Kelemahan) |
2.80 |
||
Faktor strategis eksternal |
|||
Peluang |
|||
1.
Permintaan Getah karet |
0.31 |
4 |
1.24 |
2.
Harga getah karet |
0.23 |
3.32 |
0.76 |
3.
Kebijakan pemerintah
dalam membantu petani |
0.2 |
1.91 |
0.38 |
4.
Investor Bidang
perkebunan |
0.15 |
1.15 |
0.17 |
Total Bobot x Skor Kekuatan |
2.56 |
||
Ancaman |
|||
1.
Adanya pencurian
karet/keamanan |
0.22 |
2.44 |
0.54 |
2.
Penyakit tanaman |
0.19 |
2.23 |
0.42 |
3.
Getah milik pesaing |
0.11 |
3.83 |
0.42 |
4.
Ekspansi lahan kelapa
sawit |
0.09 |
2.43 |
0.22 |
Total Bobot x Skor Kekuatan |
1.60 |
||
Selisih (Peluang-Ancaman) |
0.96 |
Dari penggabungan
matriks evaluasi faktor internal dan eksternal maka diketahui selisih faktor
strategis internal maupun faktor strategis eksternal. Berdasarkan Tabel 1
diperoleh nilai X > 0 yaitu 2.80 dan nilai Y > 0 yaitu 0.96.
Selanjutnya ditentukan posisi strategi pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen dengan menggunakan matriks SPACE sehingga menghasilkan titik koordinat (X,Y). Nilai X diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) sedangkan nilai Y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat pada gambar berikut:
![]() |
Gambar 1. Matriks SPACE
Strategi pengembangan karet rakyat di Kabupaten
Bireuen
Gambar 1 menunjukkan posisi strategi
pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen berada pada kuadran I (situasi
menguntungkan). Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Agresif,
artinya kondisi perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bireuen baik sehingga
sangat memungkinkan untuk terus melakukan ekspansi dengan memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki dan peluang yang ada. Strategi agresif lebih fokus kepada
strategi S-O (Strengths-Opportunities).
Berdasarkan matriks SWOT yang ada maka dapat disusun 4 (empat) strategi utama. Penentuan alternatif strategi pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen disajikan pada Tabel 2.
Faktor
Internal/ Faktor
Eksternal |
Kekuatan 1.
Iklim dan Kesuburan
Tanah 2.
Kualitas getah bagus 3. Pengalaman bertani 4. Lokasi strategis 5. Pemasaran yang stabil 6. Pengelolaan tanaman |
Kelemahan 1. Sarana transportasi 2. Modal petani 3. Belum adanya kelompok tani 4. Penyadapan tanaman karet 5. Tenaga kerja 6. Bibit karet |
Peluang 1. Permintaan getah karet 2. Harga getah 3. Kebijakan pemerintah 4. Investor di bidang perkebunan |
Strategi
S-O 1.
Memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki (keadaan iklim dan lahan yang baik) dan
melaksanakan budidaya karet dengan baik untuk memenuhi permintaan dan
meningkatkan harga jual getah karet (S1, S2, S3, S4, S6, O1,O2) 2.
Menjalin
hubungan baik dengan pembeli tetap untuk mempertahankan permintaan getah
karet (S5, O1) 3.
Menjual getah
karet kepada pembeli yang menawarkan harga tinggi (S2, O2) |
Strategi
W-O 1.
Memberikan
bantuan bibit karet unggul dan modal kepada petani untuk meningkatkan
kualitas getah karet (W2, W6, O3) 2.
Membangun
sarana transportasi yang memadai sehingga pemasaran getah berkelanjutan (W1,
O3) 3.
Meningkatkan
modal dengan mengoptimalkan ketertarikan investor dan peningkatan produksi
untuk memenuhi permintaan getah karet (W2, O1, O4) 4.
Membentuk
kelompok tani dan melaksanakan penyuluhan dan pembinaan kelompok tani untuk
menambah wawasan petani maupun anggota kelompok tani dalam mengelola kebun
karet terutama teknik penyadapan (W3, W4, W5, O3) |
Ancaman 1. Pencurian karet/keamanan 2. Penyakit tanaman 3. Getah milik pesaing 4. Ekspansi lahan kelapa sawit |
Strategi
S-T 1. Melakukan budidaya karet dengan baik agar getah
karet yang dihasilkan dapat bersaing dengan pesaing penghasil getah karet
serta serangan hama dan penyakit tanaman dapat diminimalkan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, T2, T3) |
Strategi
W-T 1.
Meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan tenaga kerja dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit tanaman karet untuk mengurangi risiko tanaman terserang penyakit
maupun mengobati tanaman yang sakit (W5, T2) 2.
Menggunakan
bibit unggul yang resisten terhadap penyakit umum karet (W6, T2) 3.
Membentuk
kelompok tani untuk membangun system pengelolaan kebun yang bisa menjamin
keamanan kebun, memantau potensi pasar dan tingkat persaingan, serta bertahan
terhadap ekspansi kelapa sawit (W3, T1, T3, T4) |
Konsep Strategi
Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
Untuk meningkatkan pendapatan petani Karet beberapa
hal yang dapat dilakukan antara lain pembimbingan petani agar mampu
bernegoisasi, memfasilitasi kerjasama kemitraan dengan investor dalam membangun
kebun Karet. Menurut UU No. 47 Tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama usaha
antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Menteri
Pertanian menjelaskan bahwa keberhasilan usaha agribisnis termasuk agroindustri
ditentukan oleh 4 pilar penunjang usaha yaitu (1) faktor sumber daya (termasuk
sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan usaha); (2) modal; (3)
teknologi dan (4) akses pasar atau pemasaran. Salah satu strategi untuk
mempercepat pengembangan 4 pilar usaha tersebut adalah pengembangan kemitraan/
usaha agribisnis.
Kemitraan ini dikembangkan secara sinergi dan adil
melalui integrasi dan sinkronisasi kegiatan usaha antara petani, baik kemitraan
antar para petani itu sendiri dalam bentuk Kelompok Tani Gabungan Kelompok Tani
atau Koperasi maupun kemitraan antara petani/Kelompok Tani/Gabungan Kelompok
Tani/Koperasi dan pelaku usaha agribisnis lainnya (industri). Kemitraan dapat
dilakukan mulai dari perencanaan produksi, penyediaan sarana produksi,
pelaksanaan usaha budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran
baik domestic maupun internasional dalam rangka mendukung kemandirian pangan
(Suswono, 2012).
KESIMPULAN
Hasil analisis faktor-faktor internal
dan eksternal pengembangan karet rakyat di Kabupaten Bireuen menghasilkan
strategi agresif, artinya perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bireuen
memungkinkan untuk terus dikembangkan dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki dan peluang yang ada. Strategi agresif lebih fokus kepada strategi S-O
(Strengths-Opportunities).
Strategi peningkatan
pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Bireuen yaitu 1) memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki (keadaan iklim dan lahan yang baik) dan melaksanakan budidaya karet
dengan baik untuk memenuhi permintaan dan meningkatkan harga jual getah karet;
2) menjalin hubungan baik dengan pembeli tetap untuk mempertahankan permintaan
getah karet, dan 3) menjual getah karet kepada pembeli yang menawarkan harga
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
BKPM. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=1110&ic=4. [Diakses Desember 2015]
Gadabinausaha, 2010,
Pengembangan Karet, http://gadabinausaha.wordpress.com/tag/pengembangan-karet/
Medan Bisnis. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/10/122549/dishutbun-bireuen-pacu-produksi-komoditas-unggulan/#.Vo7uGk-UNFt.[Diakses Desember 2015]
Suswono, 2012, kemitraan-agrobisnis-menjadikeniscayaan
http://www.suswono.net/ berita-aliputan/
berita-terkini/238-menyambut-hps2010-
kemitraan-agrobisnis-menjadi-keniscayaab.html
Wibowo. A.G., 2013. Pengembangan Komoditi Karet Di Provinsi
Papua. Jurnal Bina Praja Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2013: 233 –
242.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar